Sumber
- Kementrian Kesehatan RI
- Tanggal Posting: 11 Mei 2022
Apa penyebab dan gejalanya?
Ubud, 8 Mei 2022 – Di awal bulan Mei ini, Kementerian Kesehatan RI memberitakan bahwa ada tiga (3) dugaan kasus pasien Hepatitis Akut meninggal di Indonesia. Awal mula kasus Hepatitis Akut ini pada awal bulan April 2022, di Inggris Raya pertama kali dilaporkan kasus Hepatitis Akut pada anak. Hanya berselang beberapa hari, tiga (3) negara lain melaporkan kasus serupa. Oleh demikian pada 15 April 2022, Badan Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan bahwa kejadian hepatitis akut ini adalah Kejadian Luar Biasa (KLB).
Hingga saat ini sudah terdapat laporan lebih dari 170 kasus di 12 negara di benua Eropa, Amerika dan Asia termasuk Indonesia. Hepatitis aku ini belum diketahui pasti penyebabnya. Penyakit Hepatitis ini bukan ditimbulkan dari virus penyebab Hepatitis A, B, C, D, dan E. Dilansir dari CNBC Indonesia, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa selama masa investigasi, Kementerian Kesehatan menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang.
“Ayah dan bunda harus tetap waspada, namun tidak boleh panik. Kenali gejalanya dan tetap melakukan Tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makan dalam keadaan bersih dan matang serta selalu menerapkan protokol kesehatan pada anak-anak kita” ujar dr. I Made Ayu Agustini, M. Biomed,. Sp. A (Dokter Spesialis Anak di Kenak Medika). Lebih lanjut dr. Agustini menjelaskan bahwa perhatikan kondisi Kesehatan anak, apabila anak mengalami gejala seperti mual, muntah, diare berat, air kencing berwarna pekat seperti teh serta buang air besar berwarna pucat sebaiknya anak langsung dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. “Jangan tunggu sampai ada tanda warna mata atau kulit anak menguning, lebih cepat penanganannya maka akan lebih baik” kata dr. Agustini.
Sesuai dengan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya, Kementerian Kesehatan menghimbau untuk masyarakat segera mengujungi fasilitas layanan Kesehatan terdekat apabila mengalami sindrom Penyakit Kuning, dan membangun serta memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor.